assalamualaikum..
nak berkongsi sesuatu dari iluvislam.com...harap anda dapat sesuatu darinya...
Muslim sejati akan sentiasa mengingati Pencipta sekalipun berdepan
dengan cabaran
UNTUK berdepan cabaran hidup, kita perlu memiliki pegangan dan amalan
iaitu istiqamah, istiqarah dan istighfar.
Istiqamah dapat ditakrifkan sebagai: "kukuh dalam akidah dan konsisten
dalam beribadah". Pentingnya istiqamah ini dapat dilihat daripada sabda
Nabi SAW yang bermaksud, dari Abi Sufyan bin Abdullah berkata, " Aku
telah berkata, 'Wahai Rasulullah, katakanlah kepadaku pesan dalam Islam
sehingga aku tidak perlu bertanya kepada orang lain selain engkau'. Nabi
menjawab: "Katakanlah aku telah beriman kepada Allah kemudian
beristiqamahlah' ." (Hadis Riwayat Muslim).
Orang yang istiqamah selalu kukuh dalam akidah dan tidak goyang keimanan
dalam menghadapi hidupnya. Walaupun ia dihadapkan dengan persoalan
hidup, ibadatnya tidak ikut surut. Ia tetap memperhatikan haram halal
walaupun sakunya kering atau tebal. Sujud pantang berhenti, sekalipun
dicaci dipuji. Ia hidup dalam kenikmatan, namun tidak tergoda melakukan
maksiat.
Orang seperti ini dipuji Allah SWT melalui firman yang bermaksud:
"Sesungguhnya orang yang mengatakan: 'Tuhan kami ialah Allah' kemudian
mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada
mereka (dengan mengatakan): 'Janganlah kamu rasa takut, dan janganlah
kamu rasa sedih, dan bergembiralah dengan syurga yang dijanjikan Allah
kepadamu'" ( Fusshilat: 30)
Istiqarah pula dapat didefinisikan sebagai, selalu mohon petunjuk Allah
SWT dalam setiap langkah dan penuh pertimbangan dalam setiap keputusan.
Setiap orang mempunyai kebebasan untuk berbicara dan melakukan suatu
perbuatan. Namun, menurut Islam, tidak ada kebebasan tanpa batas, dan
batas itu adalah aturan agama. Maka seorang Muslim yang benar, selalu
berfikir berkali-kali sebelum melakukan tindakan atau mengucapkan sebuah
ucapan serta ia selalu mohon petunjuk kepada Allah SWT.
Nabi SAW bersabda, "Barang siapa beriman kepada Allah dan hari Akhirat,
maka berkatalah yang baik atau diamlah. (Hadis Al-Bukhari dan Muslim).
Orang bijak selalu berkata, berfikirlah hari ini dan berbicaralah esok
hari.
Kalau ucapan itu tidak baik apalagi sampai menyakitkan orang lain, maka
tahanlah, jangan diucapkan, sekalipun menahan ucapan itu terasa sakit.
Tapi kalau ucapan itu benar dan baik maka katakanlah, jangan ditahan
sebab lidah kita menjadi lemas untuk meneriakkan kebenaran dan keadilan
serta menegakkan amal makruf nahi mungkar.
Mengenai kebebasan ini, malaikat Jibril pernah datang kepada Muhammad
SAW untuk memberikan rambu-rambu kehidupan. Baginda bersabda yang
bermaksud, "Jibril datang kepadaku dan berkata: 'Hai Muhammad hiduplah
sesukamu, tapi sesungguhnya engkau suatu saat akan mati. Cintailah apa
yang engkau sukai tapi engkau suatu saat pasti berpisah juga dan
lakukanlah apa yang engkau inginkan, sesungguhnya semua itu ada
balasannya,' " (Hadis Baihaqi dari Jabir).
Sabda Nabi SAW ini semakin penting untuk diresapi ketika akhir-akhir ini
dengan dalih kebebasan. Banyak orang berbicara tanpa logik dan data yang
benar dan bertindak sesuka hati tanpa mengendahkan etika agama.
Kita memasyarakatkan istiqarah dalam segala langkah kita, agar kita
benar-benar bertindak secara benar dan tidak menimbulkan kekecewaan pada
kemudian hari.
Nabi Muhammad SAW bersabda yang bermaksud: "Tidak akan rugi orang yang
beristiqarah, tidak akan kecewa orang yang bermusyawarah dan tidak akan
miskin orang yang hidupnya hemat. (Hadis Thabrani dari Anas)
Istighfar pula dapat diertikan sebagai bermuhasabah diri dan mohon ampun
kepada Allah SWT. Setiap orang pernah melakukan kesalahan, sama ada
kesalahan individu atau kesalahan sebagai sebuah bangsa. Setiap
kesalahan dan dosa itu sebenarnya penyakit yang merosak kehidupan kita,
ia harus diubati.
Banyak persoalan besar yang kita hadapi akhir-akhir ini adalah akibat
kesalahan kita sendiri. Muhasabah diri dan pohonlah keampunan kepada
Allah SWT. Buatlah pembetulan untuk masa depan yang lebih cerah dengan
penuh keredaan Allah SWT.
Dalam persoalan ekonomi, jika rezeki Allah SWT tidak sampai kepada kita
disebabkan kita malas, maka yang perlu diubati adalah sifat malas itu.
Kita tidak boleh menjadi umat pemalas. Malas adalah sebahagian musuh
kita.
Namun, ada kalanya kehidupan sosial ekonomi sebuah bangsa yang mengalami
kesulitan. Kesulitan itu disebabkan dosa masa lalu yang bertompok dan
belum bertaubat darinya. Jika itu penyebabnya, maka satu-satunya ubat
adalah beristighfar dan bertaubat.
Firman Allah SWT yang mengisahkan seruan Nabi Hud kepada kaumnya yang
bermaksud, "Dan (Hud) berkata, hai kaumku, mohonlah ampun kepada tuhanmu
lalu bertaubatlah kepada-Nya, nescaya Dia menurunkan hujan yang sangat
deras atasmu dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu dan
janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa" (Hud: 52)
dengan cabaran
UNTUK berdepan cabaran hidup, kita perlu memiliki pegangan dan amalan
iaitu istiqamah, istiqarah dan istighfar.
Istiqamah dapat ditakrifkan sebagai: "kukuh dalam akidah dan konsisten
dalam beribadah". Pentingnya istiqamah ini dapat dilihat daripada sabda
Nabi SAW yang bermaksud, dari Abi Sufyan bin Abdullah berkata, " Aku
telah berkata, 'Wahai Rasulullah, katakanlah kepadaku pesan dalam Islam
sehingga aku tidak perlu bertanya kepada orang lain selain engkau'. Nabi
menjawab: "Katakanlah aku telah beriman kepada Allah kemudian
beristiqamahlah' ." (Hadis Riwayat Muslim).
Orang yang istiqamah selalu kukuh dalam akidah dan tidak goyang keimanan
dalam menghadapi hidupnya. Walaupun ia dihadapkan dengan persoalan
hidup, ibadatnya tidak ikut surut. Ia tetap memperhatikan haram halal
walaupun sakunya kering atau tebal. Sujud pantang berhenti, sekalipun
dicaci dipuji. Ia hidup dalam kenikmatan, namun tidak tergoda melakukan
maksiat.
Orang seperti ini dipuji Allah SWT melalui firman yang bermaksud:
"Sesungguhnya orang yang mengatakan: 'Tuhan kami ialah Allah' kemudian
mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada
mereka (dengan mengatakan): 'Janganlah kamu rasa takut, dan janganlah
kamu rasa sedih, dan bergembiralah dengan syurga yang dijanjikan Allah
kepadamu'" ( Fusshilat: 30)
Istiqarah pula dapat didefinisikan sebagai, selalu mohon petunjuk Allah
SWT dalam setiap langkah dan penuh pertimbangan dalam setiap keputusan.
Setiap orang mempunyai kebebasan untuk berbicara dan melakukan suatu
perbuatan. Namun, menurut Islam, tidak ada kebebasan tanpa batas, dan
batas itu adalah aturan agama. Maka seorang Muslim yang benar, selalu
berfikir berkali-kali sebelum melakukan tindakan atau mengucapkan sebuah
ucapan serta ia selalu mohon petunjuk kepada Allah SWT.
Nabi SAW bersabda, "Barang siapa beriman kepada Allah dan hari Akhirat,
maka berkatalah yang baik atau diamlah. (Hadis Al-Bukhari dan Muslim).
Orang bijak selalu berkata, berfikirlah hari ini dan berbicaralah esok
hari.
Kalau ucapan itu tidak baik apalagi sampai menyakitkan orang lain, maka
tahanlah, jangan diucapkan, sekalipun menahan ucapan itu terasa sakit.
Tapi kalau ucapan itu benar dan baik maka katakanlah, jangan ditahan
sebab lidah kita menjadi lemas untuk meneriakkan kebenaran dan keadilan
serta menegakkan amal makruf nahi mungkar.
Mengenai kebebasan ini, malaikat Jibril pernah datang kepada Muhammad
SAW untuk memberikan rambu-rambu kehidupan. Baginda bersabda yang
bermaksud, "Jibril datang kepadaku dan berkata: 'Hai Muhammad hiduplah
sesukamu, tapi sesungguhnya engkau suatu saat akan mati. Cintailah apa
yang engkau sukai tapi engkau suatu saat pasti berpisah juga dan
lakukanlah apa yang engkau inginkan, sesungguhnya semua itu ada
balasannya,' " (Hadis Baihaqi dari Jabir).
Sabda Nabi SAW ini semakin penting untuk diresapi ketika akhir-akhir ini
dengan dalih kebebasan. Banyak orang berbicara tanpa logik dan data yang
benar dan bertindak sesuka hati tanpa mengendahkan etika agama.
Kita memasyarakatkan istiqarah dalam segala langkah kita, agar kita
benar-benar bertindak secara benar dan tidak menimbulkan kekecewaan pada
kemudian hari.
Nabi Muhammad SAW bersabda yang bermaksud: "Tidak akan rugi orang yang
beristiqarah, tidak akan kecewa orang yang bermusyawarah dan tidak akan
miskin orang yang hidupnya hemat. (Hadis Thabrani dari Anas)
Istighfar pula dapat diertikan sebagai bermuhasabah diri dan mohon ampun
kepada Allah SWT. Setiap orang pernah melakukan kesalahan, sama ada
kesalahan individu atau kesalahan sebagai sebuah bangsa. Setiap
kesalahan dan dosa itu sebenarnya penyakit yang merosak kehidupan kita,
ia harus diubati.
Banyak persoalan besar yang kita hadapi akhir-akhir ini adalah akibat
kesalahan kita sendiri. Muhasabah diri dan pohonlah keampunan kepada
Allah SWT. Buatlah pembetulan untuk masa depan yang lebih cerah dengan
penuh keredaan Allah SWT.
Dalam persoalan ekonomi, jika rezeki Allah SWT tidak sampai kepada kita
disebabkan kita malas, maka yang perlu diubati adalah sifat malas itu.
Kita tidak boleh menjadi umat pemalas. Malas adalah sebahagian musuh
kita.
Namun, ada kalanya kehidupan sosial ekonomi sebuah bangsa yang mengalami
kesulitan. Kesulitan itu disebabkan dosa masa lalu yang bertompok dan
belum bertaubat darinya. Jika itu penyebabnya, maka satu-satunya ubat
adalah beristighfar dan bertaubat.
Firman Allah SWT yang mengisahkan seruan Nabi Hud kepada kaumnya yang
bermaksud, "Dan (Hud) berkata, hai kaumku, mohonlah ampun kepada tuhanmu
lalu bertaubatlah kepada-Nya, nescaya Dia menurunkan hujan yang sangat
deras atasmu dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu dan
janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa" (Hud: 52)
sumber dari sini..terima kasih kerana membaca....assalamualaikum...
0 pendapat bernas:
Post a Comment